Dalam hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan
tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita
lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau
karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan
dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya
ilmiah mampu untuk membuat tulisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan
ceroboh dalam penggunaan tanda baca, sehingga terkadang membuat sebuah kalimat
menjadi rancu dan berbeda arti. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca dalam
penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
Macam-Macam Tanda Baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam penuisan yaitu:
·
Tanda
titik(.)
·
Tanda
koma(,)
·
Tanda
titik koma(;)
·
Tanda
titik dua (:)
·
Tanda
hubung(-)
·
Tanda
pisah (—)
·
Tanda
Tanya(?)
·
Tanda
seru(!)
·
Tanda
kurung((…))
·
Tanda
petik ganda(“…”)
·
Tanda
petik tunggal(‘…’)
Fungsi Tanda Baca
Dari macam-macam tanda baca yang telah disebutkan tadi,
masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya masing-masing.
Fungsi
dari macam-macam tanda tersebut adalah:
·
Tanda
Titik (.)
1.
Dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Contoh: -Ayahku tinggal di Solo.
-Biarlah mereka duduk di sana.
-Dia menanyakan siapa yang akan
datang.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat
baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2.
Dipakai pada akhir singkatan nama
orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
3.
Dipakai pada akhir singkatan gelar,
jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh: Dr. (doktor), S.E. (sarjana
ekonomi), Kol. (kolonel), Bpk. (bapak)
4.
Dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
-Kota kecil itu berpenduduk 51.156
orang.
-Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678
5.
Dipakai pada singkatan kata atau
ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh: dll. (dan lain-lain), dsb.
(dan sebagainya), tgl. (tanggal), hlm. (halaman)
·
Tanda
Koma (,)
1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Contoh: nama saya bukan anisa,
tetapi elisa
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:Kalau hari hujan, saya tidak
akan datang.
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena
itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
5. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh:
“Saya sedih sekali”, Kata adik.
·
Tanda
Titik Koma (;)
1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton TV
·
Tanda
Titik Dua (:)
1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Tari :
“bisa tolong ambilkan buku itu”
wini : “ya,
tentu saja”
3. Dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki
terhadap perempuan ialah 2:1.
·
Tanda
Hubung (-)
1.
Dipakai untuk menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan
2.
Dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh : di-charter ,pen-tackle-an
3.
Dipakai untuk merangkaikan se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan
angka, angka dengan -an, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh:
ü se-Indonesia hadiah ke-2
ü tahun 50-an
ü ber-SMA
ü KTP-nya nomor 11111
ü sinar-X
ü Menteri-Sekretaris Negara
·
Tanda
Pisah ( —)
1.
Dipakai untuk membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: kemerdekean bangsa itu—saya
yakin akan tercapai—jika diperjungkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Dipakai untuk menegaskan adanya
posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3.
Dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti
‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh: 1919–1921, Medan–Jakarta,
10–13 Desember 1999
·
Tanda
Tanya (?)
1.
dipakai
pada akhir tanya.
Contoh: Kapan ia berangkat?, Saudara
tahu, bukan?
2.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun
1683 (?).
·
Tanda
Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
·
Tanda
Kurung ((…))
1.
Dipakai untuk mengapit keterangan
atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun
anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) secara berkala.
2. Dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu
urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat,
dan (c) promosi.
·
Tanda
Petik (“…”)
1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Saya belum siap,” kata
Mira, “tunggu sebentar!”
2.
dipakai
untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi
di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
3. Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan
dengan cara “coba dan ralat” saja.
·
Tanda
Petik Tunggal (‘…’)
1. Dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Contoh: “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’
Tanda baca mempunyai banyak jenis dan tipenya yang
masing-masing mempunyai fungsi yang tidak sama. Fungsi tanda baca secara umum
adalah untuk menjaga keefektifan komunikasi, berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan , dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik
yang karenanya tergantung pada pilihan penulis. Setiap tanda baca mempunyai
aturan penggunaan dan fungsinya sendiri yang tidak dapat diganggu gugat.
Penggunaan yang salah akan menyebabkan kericuhan dan mengganggu kelancaran
komunikasi.
Daftar
Pustaka
Finoza,
Lamudin. 1993.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi,
Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta:
Balai Pustaka.
Umiyati
Nunung. Dkk. 2011, Buku Pustaka untuk Pendekar SMA IPA. Edisi-1. Depok : Nava
Aksara
Sumber
internet:
wikipedia.org/wiki/Tanda_baca
wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca
tatabahasabm.tripod.com/tata/tbaca.htm